Filsafat pendidikan pertemuan ke empat 15120276
FILSAFAT PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA
Menurut Ki Hajar Dewantara sejatinya adalah upaya untuk memerdekakan aspek badaniyah manusia (hidup lahirnya). Artinya, kemerdekaan lahiriah ini diharapkan bermuara pada kejelasan orientasi hidup. Di dalamnya termasuk hak-hak untuk mendapatkan pengakuan dan penghormatan. Menurutnya, peta politik yang menempatkan Indonesia sebagai wilayah jajahan membuat pribumi terkungkung. Pendidikan untuk pribumi hanya terbatas bagi anak-anak dari kelompok priyayi. Dan tentu ini sangat menyalahi misi pendidikan itu sendiri.
Bagi Ki Hajar Dewantara makna tetep di sini dapat diartikan dalam kebebasan yang prinsipil seseorang terdidik. Yakni ketetapan pikiran (untuk komitmen) yang selaras dengan nilai-nilai sosial. Tentunya kontekstual dengan semangat saat itu. Ada orang-orang yang mampu berpikir kritis dan memiliki banyak jawaban dalam berbagai masalah yang berhubungan dalam kehidupan berbangsa.
Dengan mengedepan tetep prinsip , pikiran seorang yang terdidik tidak akan mudah goyah. Ia memiliki karakter kuat sebagai manusia yang berprisip. Teguh founderan dan tidak mudah terombang-ambing oleh iming-iming yang menjebak.
Sementara, istilah antep merupakan representasi tentang pendidikan yang mampu mengantarkan seorang terdidik menjadi pribadi yang percaya diri (percaya), ulet, daya hidup yang kuat dan memiliki karakter mental tangguh (bukan mental inlander ). Konsep antep ini juga akan melahirkan pribadi yang terdidik yang selalu optimis dalam mengatasi segala tantangan kehidupan. Oleh sebab itu, filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara yang memiliki prinsip antep akan melahirkan jiwa yang terdidik memiliki keteguhan hati ke arah kualitas diri sebagai pribadi dan anggota komunitas sosial.
Selanjutnya, prinsip pendidikan nomer tiga untuk membentuk mental seorang yang terdidik adalah jiwa yang mantep. Kajian TENTANG Prinsip mantep here merupakan Suatu concept Pendidikan Mampu membentuk jiwa Seseorang hearts Kemajuan Diri. Apakah seorang yang terdidik sudah memiliki jaringan yang jelas untuk tujuan yang pasti. Sebuah tujuan yang sesuai dengan cita-cita bangsa.
Jika dalam konteks era perjuangan kemerdekaan, maka diksi mantep yang dimaksukan oleh Ki Hajar Dewantara adalah untuk menciptkan pribadi yang terdidik yang sesuai dengan semangat kemerdekaan. Senjata kehormatan dan kedaulatan bangsa adalah harga mati.
Dengan kata lain, dasar pendidikan adalah upaya membentuk kualitas pribadi peserta didik sampai pada tingkat yang maksimal. Dan itu cermin dalam semangat filosofi tetep, antep dan matep buah pemikiran monumental menyanyikan Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara.
Semboyan dalam sistem pendidikan yang beliau cetuskan sangat populer. Secara utuh, semboyan itu dalam bahasa Jawa berbunyi ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. ("di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan"). Semboyan ini masih tetap melekat di dunia pendidikan di Indonesia, dan bahkan kata Tutwuri Handayani terukir pada logo Kementerian Pendidikan Nasional. Semboyan tersebut sudah banyak dikupas, dan kali ini penulis ingin membahas salah satu “Sendi Kehidupan” yang menurut KI Hajar Dewantara perlu ditanamkan di setiap jiwa insan Indonesia yaitu Ngandel, Kendel, dan Bandel.
Ngandel mengandung makna percaya dan patuh, atau dengan kata lain patuh yang didasari oleh rasa percaya. Percaya dan patuh adalah dua entitas yang berbeda; bisa saja seseorang percaya terhadap sesuatu akan tetapi tidak mematuhinya atau sebaliknya patuh untuk melaksanakan sesuatu akan tetapi sebenarnya ia tidak percaya
Sedangkan Kendel dalam bahasa jawa artinya berani. Keberanian yang dimaksudkan adalah tindakan yang berdasarkan atas kepercayaan dan kepatuhan seperti yang telah diuraikan di atas, bukan asal berani. Orang-orang yang kreatif dan inovatif memiliki keberanian untuk menghadapi resiko akan akibat perbuatannya, proaktif dan memiliki motivasi yang tinggi untuk sukses. Inilah yang sering kita sebut sebagai jiwa kewirausahaan. Wirausaha tidak harus selalu berhubungan dengan dunia bisnis, akan tetapi jiwa kewirausahaan bisa dimiliki oleh profesi apapun.
Dan Kata bandel sering dikonotasikan terhadap hal-hal yang negatif seperti predikat yang diberikan kepada anak yang tidak penurut, sering melanggar aturan dan norma. Akan tetapi kata bandel sebenarnya mengandung makna yang positif yaitu tangguh. Seseorang yang bandel memiliki prinsip yang kuat dan pendirian yang kokoh dalam hidupnya.
Ia selalu berlaku jujur, walaupun ada orang pernah menipunya. Ia tetap berusaha meraih sukses dengan inovasi dan kreativitasnya, walaupun ada pesaing dan mungkin ada orang yang iri atau bahkan memusuhi. Ia tidak akan berhenti berbuat baik, walaupun ada orang menyangka ada motif tertentu di balik perbuatan baiknya, dan bahkan perbuatan baik tersebut mungkin tidak dihiraukan atau dilupakan orang. Perbuatan baik didasari oleh keikhlasan dan ketulusan tanpa pamrih dan ia akan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk kemajuan bangsanya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendahulu kita, Ki Hajar Dewantara, telah mengajarkan kepada bangsanya tentang sendi kehidupan yaitu: Berilmu pengetahuan dengan ngandel tehadap teori, regulasi, filosofi dan religi, memiliki keterampilan yang didasari oleh jiwa kewirausahaan, kendel berinovasi dan berkreasi, serta bandel terhadap pengaruh perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari norma
Lima tahapan tersebut bertujuan untuk bisa meraih kemenangan sejati. Caranya lalu dikiaskan ke dalam nada suara instrumen Gamelan Jawa yang dinamakan Kempul atau Kenong, Bonang dan Gong yang menimbulkan bunyi; nang ning nung neng gung. Untuk lebih jelasnya, perhatikanlah uraian berikut ini:
1. Nang artinya wenang atau tenang. Disini seseorang berusaha untuk sadar diri dengan rutin melakukan tirakat, semedhi, maladi hening, atau mesu raga, jiwa dan akal budi. Dalam tahapan ini, ia berkonsentrasi untuk membangkitkan kesadaran batin dan mematikan kesadaran jasadnya sebagai upaya dalam menangkap dan menyelaraskan diri dengan frekuensi “gelombang” Tuhan.
2. Ning artinya wening atau hening. Disini seseorang berusaha mengheningkan (meniadakan) daya cipta (akal budi) agar menyambung dengan daya rahsa sejati (suksma sejati, jiwa) yang menjadi sumber cahaya yang suci. Tersambungnya antara cipta dengan rahsa akan membangun keadaan yang wening. Artinya, dalam keadaan “mati raga” seseorang sedang menciptakan keadaan batin (hawa/jiwa/nafs) yang hening dan khusyuk, bagaikan di alam Sonya Ruri atau Awang-uwung namun jiwa tetap terjaga dalam kesadaran batiniah. Dampaknya ia pun dapat menangkap sinyal gaib dari Sang Suksma Sejati (Tuhan) sebagai bekal jalan hidupnya.
3. Nung artinya kesinungan. Disini bagi siapapun yang sudah melakukan Nang lalu berhasil menciptakan Ning, maka akan kesinungan (terpilih dan pinilih) untuk mendapatkan anugerah agung dari Tuhan Yang Maha Suci. Dalam Nung yang sejati, akan datang cahaya Yang Maha Suci melalui rahsa yang ditangkap oleh roh atau suksma sejati seseorang lalu diteruskan kepada jiwa untuk diolah oleh jasad menjadi manifestasi perilaku utama (laku utomo). Dampaknya seseorang akan berperilaku konstruktif (rapi, bersih, santun, cerdas, dll) dan hidupnya selalu bermanfaat untuk orang banyak.
4. Neng artinya heneng. Secara bahasa heneng itu berarti ketenangan, tapi disini tidak sama dengan maksud dari nang atau wenang atau tenang pada point pertama. Heneng disini juga berarti puncak dari tawakkal (berserah diri), kemerdekaan dan kebebasan diri seseorang. Jika wenang atau tenang itu berarti awal mula dan prosesnya, maka heneng disini adalah tujuan dan hasilnya. Karena itulah ia pun berada pada tahapan setelah nang, ning dan nung bisa dilalui oleh seseorang. Dan bisa dikatakan pula bahwa orang yang sudah sampai di titik ini adalah mereka yang disebutkan di dalam Al-Qur`an surat Al-Fajr [89] ayat 27 dengan sebutan nafsul muthmainnah (jiwa yang tenang).
Untuk itulah, bagi orang yang terpilih dan pinilih (kesinungan) – sudah melalui tahapan Nung – akan selalu terjaga amal perbuatannya. Sehingga amal perbuatan baiknya pun tak terhitung dan akan menjadi benteng bagi dirinya sendiri bahkan orang lain. Ini merupakan buah kemenangan dalam laku prihatin. Satu kemenangan besar yang berupa karunia dan kenikmatan dalam segala bentuknya serta punya harapan untuk bisa meraih kehidupan yang sejati, di dunia dan akherat nanti.
5. Gung artinya agung atau keagungan atau kemuliaan. Ini adalah puncak dari perjalanan, karena pribadi yang telah meng-heneng-kan dirinya adalah sosok pemenang yang agung. Itu terjadi setelah ia bisa melepaskan segala ego dan ikatan materi duniawi melalui empat tahapan sebelumnya (nang, ning, nung, neng). Karena itulah ia bisa hidup mulia dengan memberikan manfaat untuk seluruh makhluk dan alam semesta (rahmatan lil `alamiin). Dengan begitu ia juga bisa meraih kehidupan yang sejati, selalu kecukupan, tenteram lahir batin, dan tetap menemukan keberuntungan dalam hidupnya (meraih ngelmu bejo). Dan pada tahapan inilah seseorang baru akan menemukan jawaban yang benar tentang siapakah dirinya dan siapa pula Tuhannya yang sejati.
Link yg terkain
1. Azzah nurlaela (15120245)
2. Dita Ihsania Putri (15120069)
3. Nofiana ulfa (15120055)
4. Azzah nurlaela (15120245)
5. Di Ihsania Putri (15120069)
6. Nofiana ulfa (15120055)
7. Amalia ayu lestari (15120065)
8. Angilia herli lutfiyani (15120088)
9. Feby rohma A (15120093)
10 .I zulfa (15120265) http://aisnazulfa.blogspot.com/2018/11/normal-0-false-false-false-in-x-none-ar.html?m=1
11.sri Kartika asih 15120388http://srikartikaasih62.blogspot.com/2018/11/tugas-reportase-ke-4.html?m=1
12. Suci Yulianti Lestari (15120379)
Komentar
Posting Komentar